7. Begitu indahnya, jika kubur orang tua kita selalu bersinar
lantaran al-Quran yang selalu kita baca
Sebagai orang beriman, kita meyakini akan adanya siksa kubur dan
akherat. Juga kita meyakini bahwa al-Quran yang kita baca pasti akan sampai
pada orang yang telah meninggal. Cepat atau lambat orang tua kita pasti
berpulang ke hadirat ilahi rabbi. Alangkah indahnya, jika kubur orang tua kita
yang sempit dan gelap, bertaburkan cahaya al-Quran.
Orang yang hafal al-Quran
secara umum memiliki intensitas bacaan yang lebih tinggi dibanding dengan yang
tidak, sehingga peluang untuk mendoakan dan mengirimkan pahala pada orang tua,
lebih terbuka. Abu Ja’far meriwayatkan dari Abdullah bin Umar ra. Bahwa orang
mukmin itu apabila diletakkan di dalam kuburnya maka kuburnya itu dilapangkan
70 hasta, ditaburi harum-haruman dan ditutup dengan kain sutera.
Apabila ia
hafal sebagian dari Al-Qur’an maka apa yang dihafalnya itu menerangi seluruh
kuburnya, dan apabila ia tidak hafal, maka ia dibuatkan cahaya seperti matahari
di dalam kuburnya. Ia bagaikan pengantin baru yang tidur dan tidak dibangunkan
kecuali oleh isteri yang sangat dicintainya. Kemudian ia bangun dari tidurnya
seakan-akan ia belum puas dari tidurnya itu.
8. Betapa inginnya kita mendapatkan pendamping yang lidahnya
selalu basah dengan al-Quran
Sayyidina Ali Karromallahu Wajhah berkata:
عَامِلِ
النَّاسَ بِمَا تُحِبُّ أَنْ يُعَامِلُوْكَ بِهِ
Perlakukan orang lain dengan sesuatu yang kau ingin diperlakukan
seperti itu.
Bila kau ingin dapat hadiah, seringlah memberi hadiah pada orang
lain. Sebaliknya bila kau ingin disakiti oleh orang lain, sakiti dia. Ungkapan
tersebut senada dengan hadis nabi:
وَلْيَأْتِ إِلَى النَّاسِ الَّذِي يُحِبُّ أَنْ يُؤْتَى إِلَيْهِ
(رواه مسلم)
Lakukan pada orang lain sesuatu yang dia suka diperlakukan
seperti itu.
Kecenderungan banyak orang, mereka ingin memperoleh pasangan
hidup yang sempurna (cantik/tampan, pandai, setia, kaya dsb). Sementara, tidak
banyak yang memperindah dirinya dengan sifat-sifat sempurna semacam itu.
Termasuk hal yang diidamkan oleh mayoritas muslim/muslimah adalah memiliki
istri atau suami yang mahir atau hafal al-Quran. Begitu indah rasanya, apabila
dalam keluarga yang dimotori oleh suami atau istri, ada gema lantunan ayat suci
al-Quran yang tak pernah putus.
Dengan demikian, suasana rumah akan terasa
sejuk penuh aura kedamaian dan bertebarkan cahaya qurani.
Rumah sebagai sebuah lembaga informal untuk mendidik putra putri
yang salih shalihah dan akan sukses, manakala anak-anak meneladani hal-hal baik
yang dilakukan orangtuanya. Dari sini, banyak contoh yang bisa dipaparkan.
Keluarga alm. KH. Amir Singosari Malang, enam anaknya hafal al-Quran, kel. Drs.
Mutammimul Ula di Bekasi, 10 anaknya hafal al-Quran dll.
Hanya saja, sebaiknya ketergantungan kita dengan orang lain dihilangkan.
Daripada mengharap pasangan kita yang ideal, lebih baik mengidealkan diri kita
sendiri. Daripada bermimpi mendapatkan jodoh penghafal al-Quran yang susah
terrealisasi, lebih baik kita sendiri menjadi penghafal al-Quran, why not?
Alih-alih mengharap dan mencari, kita malah diharap dan dicari orang lain,
insyaallah.
9. Begitu indahnya, jika kita membesarkan anak-anak kita dengan
gema dan aura al-Quran
Mereka yang hari ini sukses, jadi orang besar, jadi orang baik,
pasti mereka dididik dengan pola asuh yang benar. Mereka pernah kecil,
mengalami masa kanak-kanak yang indah dan menyenangkan. Kita semua juga ingin
anak-anak kita hidup demikian.
Tentu, dimulai dari orang tuanya. Sapu yang bersih akan dengan
mudah membersihkan tempat kotor. Sapu yang kotor malah mengotori tempat bersih.
Orangtua yang hafal al-Quran berpotensi menciptakan generasi yang hafal
al-Quran juga. Di saat anak-anak masih tidur menjelang tiba waktu Subuh, kita
bangunkan mereka dengan nada-nada al-Quran.
Konon, alam bawah sadar anak (otak
pada gelombang teta) akan terus merekam suara-suara luar meski mereka terlelap
tidur. Meninabobokkan bayi, sembari memperdengarkan alunan kalam ilahi, sungguh
memberikan energi positif yang luar biasa.
Demikian juga, ketika mengantar dan menjemput anak sekolah, tak
henti-hentinya orang tua memandu hafalan anak. Lebih-lebih lagi, waktu
anak-anak sakit selalu dibacakan doa-doa dan ayat al-Quran untuk memohon
kesembuhan mereka. Berkunjung ke makam famili dan orang sholih, kita ajari
mereka mendoakan dan membacakan al-Quran serta pada even-even penting lainnya.
10. Suatu ketika, kita pasti menjadi dewasa lalu tua, apa
kegiatan kita di saat-saat menyongsong ajal tersebut?
Sudah bukan rahasia lagi, bahwa masa tua adalah masa dimana
orang rentan terhinggap banyak penyakit, semua organ tubuh sudah berkurang
fungsi dan powernya. Mata sudah mulai kabur, pendengaran juga tidak setajam
dahulu. Mungkin pada usia itu, kita sudah pensiun dari pekerjaan, rumah sudah
bagus, harta melimpah, sehingga tidak lagi membutuhkan aktivitas kerja lagi.
Dalam kondisi seperti ini, apakah Anda betah berjam-jam duduk di depan televisi
saja atau hanya jalan-jalan ringan mengelilingi rumah, meski harta melimpah.
Lalu mana aktivitas ibadahnya?
Seusai shalat wajib di masjid tentu berdzikir lalu pulang ke
rumah begitu seterusnya. Mau baca al-Quran mata tidak lagi jelas, apalagi
menghafal. Relakah masa tua kita hanya seperti itu? Tidakkah kita ingin setiap
hembusan nafas yang keluar dari mulut kita adalah untaian kalimat al-Quran.
Setiap detakan jantung bernilai sepuluh kebaikan lantaran satu huruf al-Quran
yang kita baca. Siang dan malam hari, juz demi juz terdendangkan dengan merdu.
Semua itu mustahil terjadi apabila seseorang tidak hafal al-Quran.
Meski mata
tak mampu melihat lekukan huruf-huruf al-Quran, tetapi hati sangat tajam dan
pikiran terus bersinar, mampu menangkap lafadz dan makna al-Quran.
Keistiqamahan semacam ini insyaallah menjamin kita untuk menghembuskan nafas
terakhir dengan khusnul khatimah, amin.
Rasulullah menganjurkan agar “kepulangan kita” kelak kepada
Allah dalam kondisi membawa al-Quran, beliau bersabda:
إنَّكُمْ لاَ تُرْجَعُوْنَ إلىَ اللهِ بِشَيْءٍ أَفْضَلُ مِمَّا
خَرَجَ مِنْهُ يَعْنِيْ الْقُرْآنَ (رواه الحاكم عن أبي ذر الغفاري)
Sesungguhnya kalian tidak dikembalikan kepada Allah dengan
membawa sesuatu yang lebih utama dibanding sesuatu yang keluar dari Allah yaitu
al-Quran.
11. Maukah “rapot merah” amal kita “dikatrol”
oleh al-Quran?
اقْرَءُوا
الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِه (رواه
مسلم عن أبي أمامة)
Bacalah al-Quran, niscaya dia kan datang pada hari kiamat
sebagai penolong pembacanya.
Hadis ini memberikan garansi kepada para pembaca al-Quran atau
orang yang mendalami al-Quran. Garansi tersebut cukup melegakkan kita semua,
sebagai hamba Allah yang penuh salah dan dosa. Di hari ketika harta dan tahta
tidak lagi mampu menyelamatkan kita dari kobaran api neraka.
Anak dan saudara juga tak kuasa menolong dari dalamnya jurang
jahannam, saat itulah al-Quran datang sebagai syafi’ (penyelamat). Hari itu tak
ada yang kita butuhkan melainkan rahmat Allah dan amal baik yang tulus kita
lakukan. Allah memberikan 10 tiket surga kepada penghafal al-Quran yang juga
pengamal isinya, untuk dibagikan pada keluarganya, sebagaimana sabda
Rasulullah:
علي بن أبي طالب قال : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم مـَنْ
قَرَأَ الْقُرْآنَ وَاسْتَظْهَرَهُ فَأَحَلَّ حَلَالَهُ وَحَرَّمَ حَرَامَهُ
أدْخَلَهُ اللهُ بِهِ الْجَنَّةَ وَشَفَّعَهُ فِيْ عَشْرَةٍ مِنْ أَهْلِ بَيْتِهِ
كُلِّهِمْ وَجَبَتْ لَهُ النَّارُ (رواه الترمذي)
Barang siapa membaca dan menghafal al-Quran lalu menghukumi
halal dan haram berdasar al-Quran, maka Allah akan memasukkannya ke surga dan
memberi hak untuk menolong 10 keluarganya yang telah dipastikan masuk neraka.
12. Betapa inginnya kita selalu berhujjah
dengan al-Quran dalam disiplin ilmu apapun
Hampir semua perguruan tinggi Islam di timur tengah mensyaratkan
calon mahasiswanya hafal al-Quran minimal tiga juz untuk jurusan non keislaman
dan mahasiswa non Arab, dan 15 juz untuk jurusan keislaman bagi mahasiswa dari
negara-negara Arab. Persyaratan tersebut didasarkan pada pertimbangan
akademis-ilmiyah. Sebagai calon intelektual muslim, mahasiswa muslim diharapkan
mampu mengkolaborasikan ilmu umum dengan ilmu agama dan mensinergikan ayat
qur’aniyyah dengan ayat kauniyyah.
Faktor inilah yang menambah tingkat urgensi hafalan. Orang yang
hafal sangat berpotensi untuk paham arti kandungannya. Mereka yang hafal dan
paham, berpotensi memiliki kapasitas dalam melakukan istinbath hukum serta
proses istidlal secara cepat dan akurat.
Al-Quran menopang disiplin ilmu apapun. Ayat-ayat yang terkait
ilmu-ilmu sosial, budaya, seni, sangat melimpah dalam al-Quran. Kita mendambakkan
sosok seperti al-Ghazali, Ibn Rusyd, Ibn Sina, mereka jadi orang jenius dan
kapabel dalam bidangnya masing-masing setelah menghafal al-Quran. Al-Quran yang
telah terpatri dalam diri mereka, mampu menginspirasi untuk memunculkan karya
monumental mereka yang abadi hingga kini. Dalam otak dan jiwa mereka seakan
terdapat ensiklopedia besar nan lengkap. Ia siap diartikulasikan kapan saja, di
mana saja dan dalam bidang apapun. Terlebih lagi untuk hal-hal yang
bersinggungan dengan ilmu-ilmu keislaman, seperti fiqh, tafsir, hadis dsb.
Mengamati sejarah keilmuan para fuqaha, mufassirin, muhadditsin
yang populer, hampir tidak diketemukan dari mereka, orang yang tidak
hafal al-Quran. Bahkan rata-rata mereka hafal al-Quran di usia anak-anak.
Misalnya, Imam Syafii hafal al-Quran di usia 7 tahun.
Bersambung...
Sumber: https://cahayaqurani.wordpress.com
No comments:
Post a Comment