Hosting Unlimited Indonesia

21 Vitamin untuk Meningkatkan Stamina dalam Menghafal Al Qur'an (Bagian 2)


7. Begitu indahnya, jika kubur orang tua kita selalu bersinar lantaran al-Quran yang selalu kita baca
Sebagai orang beriman, kita meyakini akan adanya siksa kubur dan akherat. Juga kita meyakini bahwa al-Quran yang kita baca pasti akan sampai pada orang yang telah meninggal. Cepat atau lambat orang tua kita pasti berpulang ke hadirat ilahi rabbi. Alangkah indahnya, jika kubur orang tua kita yang sempit dan gelap, bertaburkan cahaya al-Quran. 

Orang yang hafal al-Quran secara umum memiliki intensitas bacaan yang lebih tinggi dibanding dengan yang tidak, sehingga peluang untuk mendoakan dan mengirimkan pahala pada orang tua, lebih terbuka. Abu Ja’far meriwayatkan dari Abdullah bin Umar ra. Bahwa orang mukmin itu apabila diletakkan di dalam kuburnya maka kuburnya itu dilapangkan 70 hasta, ditaburi harum-haruman dan ditutup dengan kain sutera. 


Apabila ia hafal sebagian dari Al-Qur’an maka apa yang dihafalnya itu menerangi seluruh kuburnya, dan apabila ia tidak hafal, maka ia dibuatkan cahaya seperti matahari di dalam kuburnya. Ia bagaikan pengantin baru yang tidur dan tidak dibangunkan kecuali oleh isteri yang sangat dicintainya. Kemudian ia bangun dari tidurnya seakan-akan ia belum puas dari tidurnya itu.

8. Betapa inginnya kita mendapatkan pendamping yang lidahnya selalu basah dengan al-Quran
Sayyidina Ali Karromallahu Wajhah berkata:
عَامِلِ النَّاسَ بِمَا تُحِبُّ أَنْ يُعَامِلُوْكَ بِهِ
Perlakukan orang lain dengan sesuatu yang kau ingin diperlakukan seperti itu.
Bila kau ingin dapat hadiah, seringlah memberi hadiah pada orang lain. Sebaliknya bila kau ingin disakiti oleh orang lain, sakiti dia. Ungkapan tersebut senada dengan hadis nabi:
وَلْيَأْتِ إِلَى النَّاسِ الَّذِي يُحِبُّ أَنْ يُؤْتَى إِلَيْهِ (رواه مسلم)
Lakukan pada orang lain sesuatu yang dia suka diperlakukan seperti itu.

Kecenderungan banyak orang, mereka ingin memperoleh pasangan hidup yang sempurna (cantik/tampan, pandai, setia, kaya dsb). Sementara, tidak banyak yang memperindah dirinya dengan sifat-sifat sempurna semacam itu. Termasuk hal yang diidamkan oleh mayoritas muslim/muslimah adalah memiliki istri atau suami yang mahir atau hafal al-Quran. Begitu indah rasanya, apabila dalam keluarga yang dimotori oleh suami atau istri, ada gema lantunan ayat suci al-Quran yang tak pernah putus. 
Dengan demikian, suasana rumah akan terasa sejuk penuh aura kedamaian dan bertebarkan cahaya qurani.

Rumah sebagai sebuah lembaga informal untuk mendidik putra putri yang salih shalihah dan akan sukses, manakala anak-anak meneladani hal-hal baik yang dilakukan orangtuanya. Dari sini, banyak contoh yang bisa dipaparkan. Keluarga alm. KH. Amir Singosari Malang, enam anaknya hafal al-Quran, kel. Drs. Mutammimul Ula di Bekasi, 10 anaknya hafal al-Quran dll.

Hanya saja, sebaiknya ketergantungan kita dengan orang lain dihilangkan. Daripada mengharap pasangan kita yang ideal, lebih baik mengidealkan diri kita sendiri. Daripada bermimpi mendapatkan jodoh penghafal al-Quran yang susah terrealisasi, lebih baik kita sendiri menjadi penghafal al-Quran, why not? Alih-alih mengharap dan mencari, kita malah diharap dan dicari orang lain, insyaallah.

9. Begitu indahnya, jika kita membesarkan anak-anak kita dengan gema dan aura al-Quran
Mereka yang hari ini sukses, jadi orang besar, jadi orang baik, pasti mereka dididik dengan pola asuh yang benar. Mereka pernah kecil, mengalami masa kanak-kanak yang indah dan menyenangkan. Kita semua juga ingin anak-anak kita hidup demikian.

Tentu, dimulai dari orang tuanya. Sapu yang bersih akan dengan mudah membersihkan tempat kotor. Sapu yang kotor malah mengotori tempat bersih. Orangtua yang hafal al-Quran berpotensi menciptakan generasi yang hafal al-Quran juga. Di saat anak-anak masih tidur menjelang tiba waktu Subuh, kita bangunkan mereka dengan nada-nada al-Quran. 

Konon, alam bawah sadar anak (otak pada gelombang teta) akan terus merekam suara-suara luar meski mereka terlelap tidur. Meninabobokkan bayi, sembari  memperdengarkan alunan kalam ilahi, sungguh memberikan energi positif yang luar biasa.

Demikian juga, ketika mengantar dan menjemput anak sekolah, tak henti-hentinya orang tua memandu hafalan anak. Lebih-lebih lagi, waktu anak-anak sakit selalu dibacakan doa-doa dan ayat al-Quran untuk memohon kesembuhan mereka. Berkunjung ke makam famili dan orang sholih, kita ajari mereka mendoakan dan membacakan al-Quran serta pada even-even penting lainnya.

10. Suatu ketika, kita pasti menjadi dewasa lalu tua, apa kegiatan kita di saat-saat menyongsong ajal tersebut?
Sudah bukan rahasia lagi, bahwa masa tua adalah masa dimana orang rentan terhinggap banyak penyakit, semua organ tubuh sudah berkurang fungsi dan powernya. Mata sudah mulai kabur, pendengaran juga tidak setajam dahulu. Mungkin pada usia itu, kita sudah pensiun dari pekerjaan, rumah sudah bagus, harta melimpah, sehingga tidak lagi membutuhkan aktivitas kerja lagi. Dalam kondisi seperti ini, apakah Anda betah berjam-jam duduk di depan televisi saja atau hanya jalan-jalan ringan mengelilingi rumah, meski harta melimpah. Lalu mana aktivitas ibadahnya?

Seusai shalat wajib di masjid tentu berdzikir lalu pulang ke rumah begitu seterusnya. Mau baca al-Quran mata tidak lagi jelas, apalagi menghafal. Relakah masa tua kita hanya seperti itu? Tidakkah kita ingin setiap hembusan nafas yang keluar dari mulut kita adalah untaian kalimat al-Quran. Setiap detakan jantung bernilai sepuluh kebaikan lantaran satu huruf al-Quran yang kita baca. Siang dan malam hari, juz demi juz terdendangkan dengan merdu. Semua itu mustahil terjadi apabila seseorang tidak hafal al-Quran. 

Meski mata tak mampu melihat lekukan huruf-huruf al-Quran, tetapi hati sangat tajam dan pikiran terus bersinar, mampu menangkap lafadz dan makna al-Quran. Keistiqamahan semacam ini insyaallah menjamin kita untuk menghembuskan nafas terakhir dengan khusnul khatimah, amin.

Rasulullah menganjurkan agar “kepulangan kita” kelak kepada Allah dalam kondisi membawa al-Quran, beliau bersabda:
إنَّكُمْ لاَ تُرْجَعُوْنَ إلىَ اللهِ بِشَيْءٍ أَفْضَلُ مِمَّا خَرَجَ مِنْهُ يَعْنِيْ الْقُرْآنَ (رواه الحاكم عن أبي ذر الغفاري)

Sesungguhnya kalian tidak dikembalikan kepada Allah dengan membawa sesuatu yang lebih utama dibanding sesuatu yang keluar dari Allah yaitu al-Quran.       

11. Maukah “rapot merah” amal kita “dikatrol” oleh al-Quran?
اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِه (رواه مسلم عن أبي أمامة)
Bacalah al-Quran, niscaya dia kan datang pada hari kiamat sebagai penolong pembacanya.
Hadis ini memberikan garansi kepada para pembaca al-Quran atau orang yang mendalami al-Quran. Garansi tersebut cukup melegakkan kita semua, sebagai hamba Allah yang penuh salah dan dosa. Di hari ketika harta dan tahta tidak lagi mampu menyelamatkan kita dari kobaran api neraka.

Anak dan saudara juga tak kuasa menolong dari dalamnya jurang jahannam, saat itulah al-Quran datang sebagai syafi’ (penyelamat). Hari itu tak ada yang kita butuhkan melainkan rahmat Allah dan amal baik yang tulus kita lakukan. Allah memberikan 10 tiket surga kepada penghafal al-Quran yang juga pengamal isinya, untuk dibagikan pada keluarganya, sebagaimana sabda Rasulullah:
علي بن أبي طالب قال : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم مـَنْ قَرَأَ الْقُرْآنَ وَاسْتَظْهَرَهُ فَأَحَلَّ حَلَالَهُ وَحَرَّمَ حَرَامَهُ أدْخَلَهُ اللهُ بِهِ الْجَنَّةَ وَشَفَّعَهُ فِيْ عَشْرَةٍ مِنْ أَهْلِ بَيْتِهِ كُلِّهِمْ وَجَبَتْ لَهُ النَّارُ (رواه الترمذي)

Barang siapa membaca dan menghafal al-Quran lalu menghukumi halal dan haram berdasar al-Quran, maka Allah akan memasukkannya ke surga dan memberi hak untuk menolong 10 keluarganya yang telah dipastikan masuk neraka.

12. Betapa inginnya kita selalu berhujjah dengan al-Quran dalam disiplin ilmu apapun
Hampir semua perguruan tinggi Islam di timur tengah mensyaratkan calon mahasiswanya hafal al-Quran minimal tiga juz untuk jurusan non keislaman dan mahasiswa non Arab, dan 15 juz untuk jurusan keislaman bagi mahasiswa dari negara-negara Arab. Persyaratan tersebut didasarkan pada pertimbangan akademis-ilmiyah. Sebagai calon intelektual muslim, mahasiswa muslim diharapkan mampu mengkolaborasikan ilmu umum dengan ilmu agama dan mensinergikan ayat qur’aniyyah dengan ayat kauniyyah.

Faktor inilah yang menambah tingkat urgensi hafalan. Orang yang hafal sangat berpotensi untuk paham arti kandungannya. Mereka yang hafal dan paham, berpotensi memiliki kapasitas dalam melakukan istinbath hukum serta proses istidlal secara cepat dan akurat.

Al-Quran menopang disiplin ilmu apapun. Ayat-ayat yang terkait ilmu-ilmu sosial, budaya, seni, sangat melimpah dalam al-Quran. Kita mendambakkan sosok seperti al-Ghazali, Ibn Rusyd, Ibn Sina, mereka jadi orang jenius dan kapabel dalam bidangnya masing-masing setelah menghafal al-Quran. Al-Quran yang telah terpatri dalam diri mereka, mampu menginspirasi untuk memunculkan karya monumental mereka yang abadi hingga kini. Dalam otak dan jiwa mereka seakan terdapat ensiklopedia besar nan lengkap. Ia siap diartikulasikan kapan saja, di mana saja dan dalam bidang apapun. Terlebih lagi untuk hal-hal yang bersinggungan dengan ilmu-ilmu keislaman, seperti fiqh, tafsir, hadis dsb.

Mengamati sejarah keilmuan para fuqaha, mufassirin, muhadditsin yang populer, hampir tidak diketemukan dari mereka, orang  yang tidak hafal al-Quran. Bahkan rata-rata mereka hafal al-Quran di usia anak-anak. Misalnya, Imam Syafii hafal al-Quran di usia 7 tahun.

Bersambung...

Sumber: https://cahayaqurani.wordpress.com

No comments:

Post a Comment