Hosting Unlimited Indonesia

Terlahir Dengan Jantung Bocor, Anak Palestina Hafal Al Qur’an Dalam Waktu 9 Bulan


JAKARTA, Selasa (Sahabatalaqsha.com) : Paltimes, tadi malam (sore hari waktu setempat), Senin 13 September, mengangkat kisah anak Palestina termuda yang telah hafal seluruh isi kitab suci Al Qur’an, Mahmud Ahmad Salamah, yang kini duduk di kelas 5 sekolah dasar. Mahmud kecil tumbuh bersama Al Qur’an sejak ia berusia 4 tahun. Saat itu ia dapat membaca Al Qur’an pada halaman berapa saja dengan bacaan yang baik dan benar tanpa dituntun oleh siapa pun ketika membacanya, sehingga membuat siapa pun yang mendengarnya terkagum-kagum.
Mahmud Salamah (11 tahun) mulai menghafal Al Qur’an dengan dorongan orangtuanya. Setelah 2 hari ia mengikuti Program Tahfizh Al Qur’an di Masjid Ar Rahmah di kawasan Al Amal, sebelah barat kota Khan Yunis, ayahnya meninggal dunia. Ia pun menjadi anak yatim, dan merasakan tahun-tahun getir kehilangan sosok seorang ayah setelah itu. Kesedihan karena wafatnya sang ayah sempat membuatnya sejenak terhenti menghafal Al Qur’an, sampai suatu waktu semangatnya untuk menghafal kitab suci umat Islam itu kembali menguat ketika ia mendapatkan teman yang mendukungnya. Saat itu ia duduk di kelas 3 sekolah dasar.

Ahad 12 September yang lalu, di Jalur Gaza diadakan upacara wisuda 24.000 hafizh Al Qur’an yang telah menyelesaikan hafalan mereka pada tahun ini. Para hafizh Al Qur’an tersebut berasal dari berbagai distrik di Jalur Gaza.
Awal Menghafal Al Qur’an
Mahmud Salamah menghafal seluruh isi Al Qur’an hanya dalam waktu 9 bulan, yaitu sejak 1 Desember 2007 sampai 31 Agustus 2008. Ia menghafal di Masjid Abi Dzar Al Ghifari yang terletak di sebelah barat Khan Yunis. Namanya tercatat di Buku Catatan Para Penghafal Al Qur’an di Gaza, sebagai hafizh (hafal seluruh isi Al Qur’an) Al Qur’an termuda.
Pada kesempatan itu, Kementerian Wakaf dan Urusan Agama dan PM Palestina di Jalur Gaza, Ismail Haniyya, memberikan penghargaan kepada anak tersebut. Beberapa hari sebelumnya, Mahmud Salamah telah mendapatkan ijazah resmi Hifzh Al Qur’an (sertifikat kelulusan menghafal seluruh isi Al Qur’an), setelah ia sukses melalui ujian yang diselenggarakan oleh Dewan Khusus Penguji.
Kedua orang tua Mahmud Salamah adalah pengajar, ayahnya mengajar sampai akhirnya meninggal dunia tahun 2005. Sepeninggal ayahnya, ibunya melanjutkan apa yang dilakukan almarhum ayahnya, mendorong dan membimbingnya menghafal Al Qur’an.
Mahmud mengatakan kepada Quds Pers, “Kakek saya sangat mendorong saya menghafal Al Qur’an, ayah dan ibu saya pun selalu memotivasi saya untuk itu. Dulu, setiap hari Jum’at saya pergi bersama ayah saya ke Masjid Ar Rahmah untuk melaksanakan shalat Jum’at dan setelah itu saya mengikuti program Al Qur’an di sana. Saya sangat menyukai kegiatan menghafal Al Qur’an sejak kecil. Saya sangat bersyukur kepada Allah.”
Tentang bagaimana ia mulai menghafal Al Qur’an, Mahmud bercerita, “Saya menghafal dengan bertahap. Saya mulai dari surat-surat pendek, sehingga hal itu memudahkan saya ketika memulai menghafal. Pada saat saya mulai menghafal surat-surat panjang, saya menemui beberapa kesulitan, namun kemudian saya terbiasa dengan hafalan tersebut, akhirnya hal tersebut menjadi mudah bagi saya.”
Selama bulan Ramadhan yang baru saja berlalu, Mahmud mengulang-ulang (muraja’ah) hafalannya 1 juz setiap selesai shalat.
Guru Pembimbing Mahmud
Mahmud Salamah menghafal Al Qur’an di bawah arahan Syaikh Bilal Al Ghurabali. Menurut ibunya yang dipanggil Ummu Muhammad, beliaulah yang berperan besar dalam keberhasilan putranya menghafal Al Qur’an.
Tentang Mahmud Salamah, Al Ghurabali berkata, “Sejak awal saya sangat kagum dan terperangah dengan kecepatannya menghafal, kecerdasan dan kemuannya yang sangat kuat untuk menghafal Al Qur’an. Saya mengganggapnya sebagai anak saya sendiri, dan saat itu saya sangat berharap agar dia menjadi seorang hafizh Al Qur’an yang baik. Saya merasa perlu memberikan perhatian khusus kepadanya. Dan ternyata, dalam waktu 6 bulan pertama, Mahmud telah mampu menghafal 7 juz Al Qur’an dengan baik dan benar, lalu setelah itu, pada bulan-bulan musim panas yang lalu, ia berhasil menyelesaikan menghafal 23 juz lainnya, sehingga ia telah hafal seluruh isi Al Qur’an.”
Syaikh Bilal mengatakan bahwa seluruh jama’ah shalat di masjid tempat Mahmud menghafal Al Qur’an, mengenal dan mencintainya. Sedangkan Imam Masjid memanggilnya, “Maulana,” panggilan yang biasa diberikan kepada para ulama dan qari Al Qur’an.
Tak Suka Publisitas
Meski prestasi yang diraihnya sangat membanggakan, Mahmud Salamah tidak suka dipublikasikan. Sejumlah media yang ingin mewawancaranya pun pernah ia tolak karena merasa bahwa publikasi dirinya di media-media, tidaklah perlu. Maka Quds Press adalah satu media yang beruntung karena berhasil mewawancarainya. Ibu dan gurunya, Syaikh Bilal berkata, “Akhirnya kami berusaha menjelaskan kepadanya bahwa dirinya akan menjadi teladan yang baik bagi orang lain melalui wawancara dengan media.”

Dilahirkan Dengan Jantung Bocor
Ummu Muhammad menceritakan hari-hari yang ia lalui ketika melahirkan Mahmud, “Saya melahirkan Mahmud pada 25 Februari 1999 dengan berat 3 kilogram. 2 minggu setelah itu kami baru tahu kalau ia dilahirkan dalam keadaan jantung berlubang. Kami pun bersegera membawanya ke dokter. Namun begitu, dia tumbuh sebagai anak yang selalu unggul….”
Ummu Muhammad menceritakan, setelah diketahui bahwa Mahmud memiliki kelainan pada jantungnya, Mahmud pun menjalani operasi jantung.
Ummu Muhammad bercerita lagi bahwa ketika Mahmud berusia 2,5 tahun, ia dan suaminya membawanya ke sebuah taman kanak-kanak. Pada usia 3,5 tahun, ia mulai dapat menghafal surat Al Isra, sehingga taman kanak-kanak tempat ia belajar mengadakan perayaan khusus untuknya. Pada kesempatan itu ia membacakan hafalan Al Qur’an di hadapan orang-orang yang menghadiri perayaan itu, padahal ia masih balita.” (RAL/ Sahabat Al-Aqsha)

No comments:

Post a Comment